Halaman

Jumat, 18 Mei 2012

Hate this unfair life [Cer - Bung] Part 1

Aku kembali duduk diruang guru dengan pelipis yang sudah diperban oleh suster UKS tadi. Wali kelasku, Pak Johan memandangku dengan tatapan yang sulit kuartikan. Antara marah, kesal, keki dan kasihan. Kasihan? Aku lebih senang jika Pak Johan memandangku dengan tatapan marahnya yang menyeramkan dari pada harus ada secuil rasa kasihan disana.

"Bapak sudah menghubungi kakakmu, sebentar lagi dia akan datang."

"Buat apa sih Bapak manggil Maya untuk datang? Kalau Bapak mau menghukum saya, hukum aja, ga perlu sungkan." kataku. Pak Johan hanya menghela nafas panjang menghadapiku. Payah, padahal aku mengharapkan pak Johan akan marah-marah dan menempelengku.

"Selamat siang, Pak. Maaf saya agak lama, tadi terjebak macet." Maya sudah datang lengkap dengan pakaian rapihnya. Setelan blazer dan sepatu hak tingginya yang lancip. Aku selalu bertanya, bagaimana bisa wanita-wanita memakai sepatu yang berhak lancip dan tinggi seperti itu dan bisa berjalan dengan cepat??

Seperti biasa, pak Johan menceritakan kejadian bagaimana aku bisa ada diruang guru dengan pelipis diperban dan Maya harus datang sekarang. Anehnya, wanita itu terus-terusan minta maaf, padahal aku yang berkelahi dan membuat siswa lain harus dibawa kerumah sakit karena tangannya patah.

Dan hasil dari pembicaraan Maya dan Pak Johan : aku diskorsing.

Bagus! Itu memang yang aku nantikan!

***

"Bisa ga, sih, kamu bersikap normal, Ken?" tanya Maya pada akhirnya setelah makan malam dalam diam diantara aku dan kakakku itu.

"Gue udah normal." jawabku dengan malas.

"Ken, aku tahu, kamu terpukul dengan kejadian ini, tapi bukan cuma kamu yang terpukul, Ken. Aku juga. Aku juga sangat kehilangan. Dan aku mohon sama kamu, jangan menambah bebanku, Ken. Aku punya pekerjaan yang juga harus aku pertanggung jawabkan dan aku pertahankan untuk kelangsungan hidup kita. Jadi aku minta cobalah bersikap dewasa." kata Maya panjang lebar yang tidak ada satu katapun tersimpan didalam otakku.

"Ya." jawabku seenaknya.

"Sekarang aku juga harus tanggung jawab atas perbuatanmu mematahkan tangan temanmu itu." Maya memijat pelipisnya perlahan.

"Tangannya akan tetap bagus kalau saja dia ga mengejek gue. Dia yang memulai, dan itu yang dia dapatkan." 

Aku benci, orang selalu memandangku sebagai penjahatnya, padahal aku hanya membela diriku. Masih beruntung aku tidak mematahkan lehernya atau membuatnya bisu sekalian.

Aku memang yatim piatu, tapi bukan berati statusku ini menjadi bahan olok-olokkan mereka, jadi bagiku, mematahkan tangannya itu balasan yang kurang setimpal. Harusnya aku membuatnya bisu.

"Aku rasa hukuman skorsing adalah hukuman yang tepat untukmu, supaya kamu bisa mengintrospeksi dirimu."

"Kenapa harus aku yang harus selalu instropeksi diri? Aku hanya memberikan pelajaran bagi orang-orang yang tidak bisa menjaga mulutnya!"

"Cukup! Aku rasa selama masa skorsingmu, kamu harus mengikuti terapi untuk mengontrol temperamenmu."

Arrgh! Aku benci Maya, walaupun dia satu-satunya saudara yang aku punya sekarang. Kenapa mereka tidak membiarkan aku mati saja waktu itu. Ini benar-benar tidak adil!


Bersambung.

Original Cerbung by Kiky

Tidak ada komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...